Minggu, 17 November 2013

KADAR AIR BENIH

KADAR AIR BENIH


Kadar air benih merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Sutopo, 1998).
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim, 2009).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin (Kartasapoetra, 2006).
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. (Sutopo, 1984). Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990).
Berdasarkan uraian di atas tentunya jelas bahwa uji kadar air benih perlu dilakukan. Khususnya dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan penanaman agar dalam praktiknya kualitas benih baik viabilitas, vigor benuh juga ditentukan oleh adanya kandungan air dalam benih.
Penentuan kadar air benih dan suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya (Sutopo, 1984).


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contohkerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara, karena itu penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat kontaminasi udara dari lingkungan (Anonymous, 2011).
Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryosac yang sedang mengalami proses fertilisasi mempunyai kadar air kira-kira 80%. Dalam berapa hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85%, dan pelan-pelan menurun secara teratur (Kamil, 1986).
Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relative dan temperature. Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara disekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih, dan begitu pula sebaliknya. Apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan. Kondisi ini dikatakan kadar air yang seimbang ( Katrasapoetra, 1986).
Berdasarkan responnya terhadap perubahan kadar air biji tanaman digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu biji Ortodoks dan rekalsitran. Biji kelompok ortodoks dicirikan oleh sifatnya yang bisa dikeringkan tanpa menglami kerusakan. Viabilitas biji ortodoks tidak mengalami penurunan yang berarti dengan penurunan kadar air hingga di bawah 20%, sehingga biji tipe ini bisa disimpan dalam kadar air yang rendah. Contoh biji kelompok ini adalah: Glysine max (kedelai), Vitis vinifera (anggur), Oryza sativa ( padi), Capsicum annum (cabe). . Untuk biji rekalsitran, biji tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain hanya mampu hidup dalam kadar air tinggi (36-90 %).  Penurunan kadar air bada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga kematian, sehingga biji tipe ini tidak bisa disimpan dalam kadar air rendah. Contoh biji tipe ini adalah: Durio zibethinus (durian), Theobroma cacao( kakao), Sorea acuminata ( meranti) dan lain-lain (http://yunosuyono.wordpress.com,2008).
Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven ) dan Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester,). Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur tinggi 130 - 133°C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air (Bonner, 1995).

Pada metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven. Sedangkan pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang bernama Steinlete Moisture Tester (Tim Teknologi Benih Jurusan BDP, 2012).
Beberapa keuntungan dari pengujian kadar air benih di bidang pertanian adalah untuk mengetahui seberapa besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Dengan pengujian ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi air ke dalam benih sebelum perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang ada di dalam benih tersebut.
Sumber  :
  • Agrawal, R. L. 1986. Seeed Technology. Oxpord IBH Publishing Co. New Delhi. 
  • Hasanah, M. dan D. Rusmin. 2006. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat Di Indonesia. Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 25 (2) : 68 – 73. Bogor.
  • Kartasapoetra, A. G. 1986. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina aksara. Jakarta. 
  • Kuswanto, Hendarto. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan & Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta. 
  • Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press. Jakarta.

Tidak ada komentar: