KADAR AIR BENIH
Kadar air benih merupakan salah satu
factor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih
terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh
(Sutopo, 1998).
Di dalam
batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih
tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah
antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya
aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan
makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di
dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu
rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada
perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas,
karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk
diuapkan (Anonim, 2009).
Kadar air
adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau
metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk
mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap
bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin (Kartasapoetra, 2006).
Penentuan
kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan.
Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. (Sutopo,
1984). Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya
hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar
benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya
aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan
makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di
dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu
rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990).
Berdasarkan
uraian di atas tentunya jelas bahwa uji kadar air benih perlu dilakukan.
Khususnya dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan penanaman agar dalam
praktiknya kualitas benih baik viabilitas, vigor benuh juga ditentukan oleh
adanya kandungan air dalam benih.
Penentuan
kadar air benih dan suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan karena
laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya (Sutopo, 1984).
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah
contohkerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam
wadah yang kedap udara, karena itu penetapan kadar air, jika contoh kerja yang
digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air
benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah
mengalami perubahan akibat kontaminasi udara dari lingkungan (Anonymous, 2011).
Umumnya
pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryosac yang sedang
mengalami proses fertilisasi mempunyai kadar air kira-kira 80%. Dalam berapa
hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85%, dan pelan-pelan
menurun secara teratur (Kamil, 1986).
Benih
merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan
heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam
benih, artinya terdapat di setiap bagian benih. Kadar air benih karena keadaan
yang higroskopis itu tergantung pada lembab relative dan temperature. Apabila
tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara
disekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih, dan
begitu pula sebaliknya. Apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan
tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi
pergerakan. Kondisi ini dikatakan kadar air yang seimbang ( Katrasapoetra,
1986).
Berdasarkan
responnya terhadap perubahan kadar air biji tanaman digolongkan ke dalam dua
kelompok yaitu biji Ortodoks dan rekalsitran. Biji kelompok ortodoks dicirikan
oleh sifatnya yang bisa dikeringkan tanpa menglami kerusakan. Viabilitas biji
ortodoks tidak mengalami penurunan yang berarti dengan penurunan kadar air
hingga di bawah 20%, sehingga biji tipe ini bisa disimpan dalam kadar air yang
rendah. Contoh biji kelompok ini adalah: Glysine max (kedelai), Vitis vinifera
(anggur), Oryza sativa ( padi), Capsicum annum (cabe). . Untuk biji rekalsitran, biji tipe ini memiliki ciri-ciri
antara lain hanya mampu hidup dalam kadar air tinggi (36-90 %).
Penurunan kadar air bada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji
hingga kematian, sehingga biji tipe ini tidak bisa disimpan dalam kadar air
rendah. Contoh biji tipe ini adalah: Durio zibethinus (durian), Theobroma
cacao( kakao), Sorea acuminata ( meranti) dan lain-lain (http://yunosuyono.wordpress.com,2008).
Metode
yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua
metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven )
dan Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester,). Dalam penentuan uji kadar
air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode
temperatur tinggi 130 - 133°C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam
penentuan kadar air (Bonner, 1995).
Pada
metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung
secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih
dan ini yang sering disebut dengan metode oven. Sedangkan pengukuran kadar air
secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan air dari benih,
tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang kemudian
dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang bernama
Steinlete Moisture Tester (Tim Teknologi Benih Jurusan BDP, 2012).
Beberapa
keuntungan dari pengujian kadar air benih di bidang pertanian adalah untuk
mengetahui seberapa besar kandungan air yang terkandung di dalam benih
tersebut. Dengan pengujian ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan,
viabilitas, dan vigor benih saat perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi
air ke dalam benih sebelum perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh
kandungan awal air yang ada di dalam benih tersebut.
Sumber :
- Agrawal, R. L. 1986. Seeed Technology. Oxpord IBH Publishing Co. New Delhi.
- Hasanah, M. dan D. Rusmin. 2006. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat Di Indonesia. Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 25 (2) : 68 – 73. Bogor.
- Kartasapoetra, A. G. 1986. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina aksara. Jakarta.
- Kuswanto, Hendarto. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan & Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta.
- Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar