LAPORAN PRAKTIKUM
PERTANIAN TANPA TANAH
OLEH
EDI NUGROHO
11011025
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum
Pertanian Tanpa Tanah yang berjudul Pembuatan Kumbung mini jamur dan pembuatan
bibit jamur F0. Dengan laporan ini kita bisa mengetahui tentang bagai mana cara Pembuatan
Kumbung mini jamur dan juga pembuatan
bibit jamur F0.
Diharapkan
laporan ini dapat memberikan banyak informasi untuk kita semua khususnya di
bidang pertanian. Tidak lupa, penyusun mengucapkan terimakasih khususnya kepada
Ibu Drs.Umul Aiman,M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah Praktikum pertanian tanpa
tanah.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Yogyakarta, 15 mei 2013
Praktikan
DAFTAR ISI
ACARA
I . PEMBUATAN KUMBUNG MINI
BAB
I . PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Tujuan praktikum
BAB
II .TINJAUAN PUSTAKA
BAB
III . METODOLOGI PRAKTIKUM
- Waktu dan Tempat
- Alat dan Bahan
- Cara Kerja
BAB
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
- Pembahasan
BAB
V . KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
ACARA II .
PEMBUATAN PEMBUATAN BIBIT F0
BAB I .
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Tujuan praktikum
BAB II . TINJAUAN
PUSTAKA
BAB III . METODOLOGI
PRAKTIKUM
- Waktu dan Tempat
- Alat dan Bahan
- Cara Kerja
BAB IV . HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
B. Pembahasan
BAB V . KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
LAPORAN PRAKTIKUM
PERTANIAN TANPA TANAH
ACARA I
PEMBUATAN KUMBUNG MINI JAMUR
OLEH
EDI NUGROHO
11011025
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI11011025
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANAYOGYAKARTA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya
kumbung di indonesia terbuat dari bahan bambu mengingat banyak sekali bambu
yang tumbuh di tanah air ini. Menurut Sulistyowati (1996), walau memiliki
banyak sifat menguntungkan, bambu rentan terhadap kerusakan. Proses kerusakan
mempengaruhi keawetan bambu. Penyebab kerusakan bambu ada 2 yaitu : perusak
biologis dan non biologis.Bentuk kumbung itu sendiri tidak berbeda dengan
bangunan rumah, hanya saja di dalamnya terdapat rak-rak untuk menyusun media tanam
jamur.Secara teoritis, kumbung yang terbaik adalah kumbung yang dapat menjaga kelembaban optimal yang dibutuhkan untuk perkembangan jamur tiram. Selain itu terdapat sirkulasi udara yang memadai.
Kumbung
mini merupakan usaha tani yang ramah lingkungan, dengan memanfaatkan limbah
rumah Atangga (plastik, sterofoam, kayu) dan pertanian (jerami padi, ampas
aren/tebu), menghasilkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan
menggunakan modal yang relatif kecil.
Sebelum
membuat kumbung ada baiknya kita melakukan berbagai survey untuk memperhatikan
bagaimana kondisi lokasi yang kita pilih untuk dibangun kumbung/rumah jamur
yaitu :
1. Arah
sirkulasi udar & Kondisi suhu dan kelembaban
2. Ada
tidaknya pencemaran udara di sekitar lokasi
3. Banyak
bangunan yang mengapit lokasi
4. Sebaiknya
di sekitar kumbung banyak terdapat pohon, atau tanaman yang rimbun.
B. Tujuan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui cara pembuatan kumbung mini jamur.
2. Mahasiswa
mampu dan terampil dalam mempraktekan pembuatan kumbung mini jamur.
TINJAUAN PUSTAKA
Kumbung jamur adalah istilah yang biasa di sebut untuk
rumah jamur yang fungsinya untuk menyimpan media tanam jamur agar hasilnya
berkualitas baik dari segi bentuk maupun bobotnya. Membuat kumbung jamur
sebenarnya mudah sebab hampir sama dengan membuat gubug, bahannya pun bisa di
dapatkan di sekitar rumah misalnya bambu yang penting kuat dan kokoh.
Menurut
Sulistyowati (1996), walau memiliki banyak sifat menguntungkan, bambu rentan
terhadap kerusakan. Proses kerusakan mempengaruhi keawetan bambu. Penyebab
kerusakan bambu ada 2 yaitu : perusak biologis dan non biologis.
Menurut Redaksi Agromedia (2011) rangka bangunan
kumbung bisa terbuat dari bambu dan kayu. Rangka bangunan yang dipilih akan
mempengaruhi umur usaha budidaya jamur sehingga perlu di perhatikan keawetan
atau daya tahan rangka yang akan digunakan.
Rangka kumbung bisa dibuat dari bahan besi, kayu,
atau bahkan untuk penghematan bisa memanfaatkan batangan bambu yang
harganya lebih murah. Dinding dan
atapnya dapat terbuat dari lembaran plastik atau bahan-bahan lain yang mudah
didapat disekitaran rumah, seperti anyaman daun nipah, daun tebu atau jerami
yang berfungsi menahan air hujan dan panas matahari. Bentuk atap kumbung bisa
dibuat melengkung atau
seperti atap rumah
pada umumnya (Parjino &
Andoko, 2007).
Ketahanan kayu terhadap serangga dan perusak kayu
khususnya yang bersentuhan dengan laut disebabkan oleh kandungan zat
ekstraktifnya. Zat ekstratif dalam kayu berfungsi sebagai racun bagi perusak
kayu-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak bisa masuk dan tinggal dalam
kayu tersebut (Panshin dan Zeeuw,1980 dalam Zibua,2008).
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum Pertanian Tanpa Tanah
pada acara pembuatan kumbung mini jamur ini dilakuakan di Laboratorium Agronomi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada hari sabtu 06 April 2013 pukul 10.00
WIB s/ d selesai.
B. Alat
dan Bahan
a. Alat
1. Gunting
2. Palu
3. Gergaji
4. Parang
5. Alat
ukur
6. Penggaris
7. Termometer
8. Pensil
b. Bahan
1. Lakban
2. Paku
payung
3. Reng
bambo
4. Reng
kayu
5. Paku
reng
6. Plastik dengan ketbalan 0,8 mm
C. Cara Kerja
1. Menyiapkan kayu reng,bambu ,plastik berketebalan 0,8 mm,paku, lakban serta termometer ruangan.
2. Kayu reng dirangkai menjadi bentuk lemari dengan panjang 100 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 120 cm.
Setelah itu bikin tiga tingkat dengan jarak antar tingkat 30 cm. Atap sebaiknya agak lonjong.
3. Untuk bagian depan buat pintu sebagai tempat keluar masuk perawatan dan pemanenan.
4. Membelahelah bambu lalu jadikan sebagai alas di setiap tingkat.
5. Memasang plastik berketebalan 0,8 mm di sekeliling kerangka. Rekatkan bagian yang longgar
dengan plakban.
1. Menyiapkan kayu reng,bambu ,plastik berketebalan 0,8 mm,paku, lakban serta termometer ruangan.
2. Kayu reng dirangkai menjadi bentuk lemari dengan panjang 100 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 120 cm.
Setelah itu bikin tiga tingkat dengan jarak antar tingkat 30 cm. Atap sebaiknya agak lonjong.
3. Untuk bagian depan buat pintu sebagai tempat keluar masuk perawatan dan pemanenan.
4. Membelahelah bambu lalu jadikan sebagai alas di setiap tingkat.
5. Memasang plastik berketebalan 0,8 mm di sekeliling kerangka. Rekatkan bagian yang longgar
dengan plakban.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah
melakukan praktikum atau percobaan pembuatan kumbung mini jamur dengan
memanfaatkan limbah rumah tangga dan pertanian
maka diperoleh hasil gambar sebagai berikut :
Ukuran
kumbung
Panjang : 100 cm
Lebar : 60 cm
Tinggi : 120 cm
B. Pembahasan
Kumbung
jamur adalah istilah yang biasa di sebut untuk rumah jamur yang fungsinya untuk
menyimpan media tanam jamur agar hasilnya berkualitas baik dari segi bentuk
maupun bobotnya.Bentuk dan bahan
kumbung bermacam-macam, ada yang terbuat dari bambu, tembok, kayu, paranet,
triplek dan sebagainya.
Kegunaan
kumbung adalah mempermudah petani jamur mengatur kondisi
lingkungan agar sesuai dengan syarat hidup jamur, dan juga untuk
menyimpan media tanam jamur agar hasilnya berkualitas baik.
Praktikum atau percobaan kali ini yaitu pembuatan kumbung mini yang mempunyai
ukuran panjang 100 cm, lebar 60 cm dan mempunyai tinggi 120 cm. kumbung mini
ini terbagi atas tiga tingkatan(rak) dengan jarak antar tingkatan 30 cm dimana
rak/tingkatan tersebu terbuat dari belahan-belahan yang disusun sejajar. Atas
atau bagian atap kumbung ini berbentuk limas. Kemudian setelah kerangka dan
juga rak tingkatan sudah jadi kumbung ini pun dilapisi/dibungkus dengan plastic
yang rapat supaya nantinya saat budidaya tidak terjadi kontaminasi dan diberi
satu puntu guna saat budidaya digunakan untuk perawatan.
Pembuatan kumbung mini merupakan
cara terbaru
berbudidaya jamur dalam tempat
yang sempit dan juga cocok dalam skala rumah tangga. Kumbung mini merupakan usaha tani yang
ramah lingkungan, dengan memanfaatkan limbah rumah Atangga (plastik, sterofoam,
kayu) dan pertanian (jerami padi, ampas aren/tebu), menghasilkan keuntungan dan
memenuhi kebutuhan keluarga dengan menggunakan modal yang relatif kecil.
Adapun kendala yang kami hadapi dalam pembuatan kumbung mini ini adalah :
1. Dalam proses perakitan bahan-bahan pembuatan kumbung
mengalami kesulitan karena komponen yang digunakan relatif kecil.
2. Kayu yang kami gunakan memiliki tekstur yang keras sehingga
dalam menyatukan antar kayu sulit (susah pada saat di paku).
3. Kesulitan dalam mencari plastik dengan ketebalan 0,8 mm
sehingga dalam pemasangan plastik harus hati-hati agar tidak sobek.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah
melakukan praktikum atau percobaan pembuatan kumbung mini jamur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kumbung
jamur adalah istilah yang biasa di sebut untuk rumah jamur yang fungsinya untuk
menyimpan media tanam jamur agar hasilnya berkualitas baik dari segi bentuk
maupun bobotnya. Membuat kumbung jamur sebenarnya mudah sebab hampir sama
dengan membuat gubug, bahannya pun bisa di dapatkan di sekitar rumah misalnya
bambu yang penting kuat dan kokoh.
2. Kumbung
mini merupakan usaha tani yang ramah lingkungan, dengan memanfaatkan limbah
rumah Atangga (plastik, sterofoam, kayu) dan pertanian (jerami padi, ampas),
menghasilkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan menggunakan
modal yang relatif kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Budhi Widiastuti,
Budidaya jamur kompos, jamur merang dan jamur kancing, Penebar Swadaya,
2007.
Budiawan, Fandi., Pengaturan Suhu
Dan Kelembaban Pada Miniatur Kumbung Untuk Meningkatkan Produktifitas Jamur
Tiram, Yogyakarta
Dumanauw,J.F.1990. Mengenal Kayu. Yogyakarta:kanisius
Phansin AJ,Zeeuw C de
.1980. Textbook of Wood Technology Vol.
II. New York: Mc Graw-Hill Book Company
Parjimo dan
Agus Andoko, Budidaya jamur, jamur
kuping, jamur tiram, dan jamur merang, Agro Media Pustaka 2007
Sulistyowati E,
Junianto YD.1996.Inventarisasi musuh
alami hama PBK, Conopomorpha cramerella Snell di Propinsi maluku. Pelita
perkebunan.
LAPORAN PRAKTIKUM
PERTANIAN TANPA TANAH
ACARA II
PEMBUATAN BIBIT JAMUR F0
OLEH
EDI NUGROHO
11011025
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bibit jamur tiram adalah hal yang pertama dan utama
dalam mengerjakan budidaya jamur tiram , hal yang harus kita perhatikan adalah
menentukan kualitas bibit jamur tiram yang akan di gunakan. karena tingkat
keberhasilan dalam proses budidaya jamur tiram sangat di tentukan oleh kualitas
bibit yang digunakan. Banyak juga pengusaha jamur tiram yang gagal dalam proses
budidaya jamur tiram hanya karena tidak tahu tentang kualitas bibit jamur yang
di gunakannya. Karena banyaknya suplier bibit jamur yang ngaku-ngaku memiliki
bibit bagus akan tetapi kualitasnya rendah.
Bibit jamur tiram yang terbaik adalah bibit jamur
tiram yang menggunakan media terbaik pula dengan hasil panen yang memuaskan,
yaitu bibit jamur tiram dengan media jagung, karena jagung adalah media yang
nutrisi nya paling cocok dan sangat dibutuhkan oleh jamur tiram. dengan
menggunakan jagung kebutuhan nutrisi jamur terpenuhi sehingga tumbuh jamur
sangat subur dan besar-besar nantinya.
Bibit jamur tiram F0 adalah bibit jamur indukan
dengan media dasar agar-agar ( PDA) . Sebagai inokulan bibit F0 adalah jaringan
jamur yang berasal dari jamur pilihan .Bisa diperbanyak dalam media dasar, baik
cawan fetri, tabung reaksi, tabung pipih dll. Keturunan dari bibit ini akan
menghasilkan jamur yang cepat tumbuh, seragam , besar-besar. 1 botol F0 akan
menghasilkan sekitar 70-80 botol bibit F1. Bibit jamur tiram F0 atau banyak
juga orang-orang menyebutnya dengan kultur murni, jaringan murni, PDA atau
biakan murni, bibit jamur tiram tingkat ini adalah tingkatan pertama, dimana
cara membuatnya di ambil langsung dari spora jamur tiram itu sendiri dengan
menggunakan PDA (Potatos Dextrosa Agar) sebagai tempat media tumbuh kembang
misilium bibit jamur tiram.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan bibit jamur F0.
2. Mahasiswa mampu dan terampil dalam mempraktekan pembuatan bibit jamur F0.
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan bibit jamur F0.
2. Mahasiswa mampu dan terampil dalam mempraktekan pembuatan bibit jamur F0.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur atau cendawan adalah suatu organisme yang
tidak mempunyai klorofil
sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler
dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa.
Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif
ada juga dengan cara generatif.
Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya
untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen.
Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat
yang menyediakan karbohidrat, protein,
vitamin,
dan senyawa kimia lainnyaSemua zat itu diperoleh dari lingkungannya.Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat,
parasit
fakultatif, atau saprofit.
(wiki,2011).
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur
pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan
ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur
tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan
sebutan King Oyster Mushroom.
Klasifikasi jamur tiram :
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomatacea
Genus : Pleurotus
Spesies : P. ostreatus
Jamur merang merupakan organisme yang tersusun atas komponen dasar berupa hifa yang terbentuk seperti benang halus dan panjang. Sebagian hifa dibatasioleh dinding melintang yang disebut septa/sekat , namun ada pula hifa yang tidak memiliki sekat/ asepta. Selanjutnya kumpulan hifa tersebut membentuk misellium yang menyusun tubuh buah.
Jamur merang merupakan organisme yang tersusun atas komponen dasar berupa hifa yang terbentuk seperti benang halus dan panjang. Sebagian hifa dibatasioleh dinding melintang yang disebut septa/sekat , namun ada pula hifa yang tidak memiliki sekat/ asepta. Selanjutnya kumpulan hifa tersebut membentuk misellium yang menyusun tubuh buah.
Klasifikasi jamur merang :
Kingdom
: Fungi
Divisi
: Amastigomycota
Sub
Devisi : Basidiomycotea
Kelas
: Basidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Plutaceae
Genus
: Volvariella
Spesies
: Volvariella
volvacea
Kistinnah (2010), menyatakan bahwa secara alamiah,
jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual.
Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri
untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak
yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora.
Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang
besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora
aseksual, di antaranya seperti berikut:
a. Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujungatau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium
b. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
a. Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujungatau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium
b. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
Pembuatan
bibit F0 PDA yang dimaksud di sini adalah pembiakan kultur murni atau biakan
murni dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Yang dimaksud dengan kultur
jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk ditumbuhkan pada media PDA
agar dapat berkembang dan memperbanyak diri. Sel-sel spora jamur tiram
diharapkan dapat berkembang menjadi individu baru secara sempurna pada media
yang sesuai dalam hal ini media PDA. Teknik kultur jaringan dengan media PDA
(Potato Dextrosa Agar) ini sangat penting untuk dikuasai oleh pembudidaya jamur
karena dari sinilah semua proses multiplikasi atau pengembangan jamur tiram
berlangsung.(Anonim.2010)
Teknik
kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaannya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana
pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti,
air, listrik dan bahan bakar. Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan juga
perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan pelaksanaan kultur
jaringan, pelaksanaan harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu
yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai. pelaksana
akan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu dasar
tersebut. Pelaksana akan banyak berhubungan dengan berbagai macam bahan kimia,
proses fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) dan berbagai macam pekerjaan
analitik (Yusnita, 2003).
Kadang-kadang
latar belakang pengetahuan tentang mikrobiologi, sitologi dan histologi.
Pelaksana juga dituntut dalam hal keterampilan kerja, ketekunan dan kesabaran
yang tinggi serta harus bekerja intensif. Pekerjaan kultur jaringan meliputi :
persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi
eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke
lapangan. (Yusnita, 2003).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum
Pertanian Tanpa Tanah pada acara pembuatan kumbung mini jamur ini dilakuakan di
Laboratorium Mikrobiologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada hari Kamss 11
April 2013 pukul 13.00 WIB s/d selesai.
B. Alat
dan Bahan
a. Alat
1. Botol Pipih
2. Autoclaf
a. Alat
1. Botol Pipih
2. Autoclaf
3. Kapas
4. Karet
5. Alumunium Foil
6. Cutter
7. Pinset
8. Bunzen
9. Alkohol
10. Gelas ukur
11. Kotak pembibita
b. Bahan
1. Kentang segar 200 gr
2. Dextrosa 20 gr
3. Agar 20 gr
4. Air steril / air destilasi 1 liter
5. Induk jamur
C. Cara
kerja
a. Langkah pembuatan cairan PDA :
1. Kupas kentang kemudian cuci dengan
air bersih lalu cincang kira-kira 1cm2
2. Rebus kentang yang sudah di potong
dengan air sebanyak 1ltr selama -+ 15-20 mnt atau sampai
air berwarna kekuningan (kentang lunak) kira-kira air menjadi 500 ml dari 1ltr tadi
air berwarna kekuningan (kentang lunak) kira-kira air menjadi 500 ml dari 1ltr tadi
3. Ambil cairan hasil rebusan kedalam
gelas ukur dengan takaran 450ml-500ml
4. Masukan Dextrosa dan Agar- agar
masing-masing 7gr seperti keterangan di atas
5. Aduk sampai larut dan merata
kemudian masukan cairan tadi kedalam botol (tabung reaksi
tergantung keinginan) masing-masing 10ml
6. Kemudian tutup botol /tabung dengan
kapas dan lapisi dengan kertas email kemudian ikat dengantergantung keinginan) masing-masing 10ml
karet bila perlu.
7. Sterilkan botol yang berisi cairan PDA tadi dalam Autoclave selama kurang lebih 30-45menit
dalam suhu 121°c, tekanan 1,5 - 2 atm. Pertahankan kondisi ini selama kurang lebih 45 menit.
8. Biarkan mendingin hingga suhu kurang lebih 37°c
9. Keluarkan botol-botol tadi dan letakkan dalam posisi miring/tidur agar cairan bisa melebar dengan
tujuan memperbanyak area media. Jangan sampai cairan mencapai mulut botol.
Jika cairan PDA agar tadi sudah mengeras, barulah siap untuk di Inokulasikan bibit yang
didapat dari jamur langsung.
Catatan : Sebelumnya botol dibersihkan dan disteril dengan merebus botol dengan air mendidih
selama kurang lebih 10 menit. Memang dalam membuat bibit PDA, kebersihan, sterilisasi tempat, alat
dan bahan adalah syarat utama dalam menunjang keberhasilannya.
b. Dengan kultur jaringan :
1. Menuang/ memasukkan media PDA yang sudah dibuat dari Erlenmeyer ke dalam petridish,
memasukkan media tersebut dalam keaadaan masih agak panas agar belum membentuk jel/mulai
memadat dan di dekat lampu Bunsen yang sudah dinyalakan.
2. Sambil menunggu media padat menyiapakan alat-alat yang akan digunakan, alat-alat tersebut sudah
dalam keadaan steril (pinset, blade, petidish), LAFC dibersihkan menggunakan alkohol dan di UV
terlebih dahulu 20-30 menit, setelah akan digunakan LAFC blower dan lampu dihidupkan.
3. Mencuci jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang akan digunakan untuk bahan bibit dengan kultur
jaringan.
4. Setelah media padat, media tersebut dimasukkan kedalam laminar yang sebelumnya disemprot
menggunakan alkohol, selain media yang dimasukkan alat-alat yang lain yaitu petridish, scapel, blade,
lampu bunsen dan jamur, semua disemprot alkohol terlebih dahulu.
5. Setelah semua alat dan bahan siap, bisa langsung dilakukan inokulasi eksplan dengan cara:
· Memasang blade pada scapel
· Menyalakan lampu Bunsen
· Mensterilkan pinset dan scapel diatas bara lampu bunsen yang sebelumnya dicelupkan kedalam
alcohol
· Membelah jamur merang menjadi 2 bagian diatas permukaan petridish, didalam belahan tersebut
terdapat seperti tankai itu di potong menjadi beberapa bagian
· Potongan-potongan bagian tubuh jamur tersebut dimasukkan kedalam media, masing-masing
media dalam petridish diisi 3 potongan
· Setelah digunakan scapel dan blade kembali disterilkan
6. Setelah inokulasi selesai diberi label dan disimpan dalam ruangan gelap dan steril
7. Melakukan pengamatan secara berkala, bila terjadi kontaminasi segera dipisahkan dan dibersihkan.
8. Setelah miselium memenuhi petridish maka sudah siap digunakan untuk membuat bibit F1.
memesukkan media tersebut dalam keaadaan masih agak panas agar belum membentuk jel/mulai
memadat dan di dekat lampu Bunsen yang sudah dinyalakan.
2. Sambil menunggu media padat menyiapakan alat-alat yang akan digunakan, alat-alat tersebut sudah
dalam keadaan steril (pinset, blade, petidish, tissue), LAFC dibersihkan menggunakan alkohol dan
di UV terlebih dahulu 20-30 menit, setelah akan digunakan LAFC blower dan lampu dihidupkan.
3. Mencuci
jamur merang (Volvariella volvaceae) yang akan digunakan untuk bahan bibit
dengan kultur
jaringan.
4. Setelah
media padat, media tersebut dimasukkan kedalam laminar yang sebelumnya
disemprotjaringan.
menggunakan alkohol, selain media yang dimasukkan alat-alat yang lain yaitu petridish, scapel, blade,
lampu bunsen dan jamur, semua disemprot alkohol terlebih dahulu.
5. Setelah semua alat dan bahan siap, bisa langsung dilakukan inokulasi eksplan dengan cara:
· Memasang blade pada scapel
· Menyalakan lampu Bunsen · Mensterilkan pinset dan scapel diatas bara lampu bunsen yang sebelumnya dicelupkan kedalam
alcohol
· Memotong tangkai jamur mengguankan scapel dan pinset. Bagian yang digunakan adalah bagian
tudungnya
· Mengambil tissue dan ditaruh di pemukaan petridish, kemudian pegang tudung jamur
menggunakan pinset dan bagian lamela diketuk-ketukkan kedalam tissue agar spora dalam
jamur tersebut jatuh ke dalam tissue
· Spora yang ada pada tissue tersebut dimasukkan ke dalam media PDA dengan cara hati-hati. · Setelah inokulasi selesai diberi label dan disimpan dalam ruangan gelap dan steril
· Melakukan pengamatan secara berkala, bila terjadi kontaminasi segera dipisahkan dan
dibersihkan.
· Setelah miselium memenuhi petridish maka sudah siap digunakan untuk membuat bibit F1.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah
melakukan praktikum atau percobaan pembuatan bibit F0 dengan media PDA
dilakukan denan dua teknik atau cara yaitu dengan cara pengambilan tubuh buah
jamur dan dengan cara spora jamur, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Tubuh buah jamur
petri 1, terjadi
kontaminasi1. Tubuh buah jamur
petri 2, tumbuh satu & akhirnya terjadi kontaminasi
petri 3, terjadi kontaminasi
2. Teknik spora
B. Pembahasan
Bibit jamur
tiram F0 adalah bibit jamur indukan dengan media dasar agar-agar ( PDA).
Pembuatan bibit F0 PDA yang dimaksud di sini adalah pembiakan kultur murni atau
biakan murni dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Yang dimaksud dengan
kultur jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk ditumbuhkan pada media
PDA agar dapat berkembang dan memperbanyak diri. Sel-sel spora jamur tiram
diharapkan dapat berkembang menjadi individu baru secara sempurna pada media
yang sesuai dalam hal ini media PDA.
Pada praktikum
pembuatan bibit f0 yang dilakukan kemarin dengan menggunakan bahan jamur tiram
untuk teknik pengambilan batang tubuh jamur dan jamur merang untuk teknik
spora. Sebelum pembuatan f0 dilakukan terlebih dahulu membuat atau menyiapkan
medianya yaitu media PDA . dimana disaat
pembuatan media tempat dan alat-alat semuanya steril supaya nantinya tidak
terjadi kontaminasi. Setelah pembuatan media selesai maka dilakukan pembuatan
bibit f0 di ruangan yang steril atau LAF .pertama dilakukan yaitu menyeterilkan
alat dan juga tangan dengan alkohol supaya tidak terjadi kontaminasi, setelah
itu dilakukan pengambilan batang tubuh dari jamur tiram tersebut secara
hati-hati dan yang diambil bagian dalam batang tubh jamur kemudian diletakkan
dipetridis yang masing-masing Petridis berisi 3 batang tubuh jamur itu
dilakukan di tiga Petridis kemudian untuk yang teknik spora yaitu sama dengan
atas hanya perbedaanya jamur yang dipilih harus yang sudah mekar. Dan caranya
kerjanya jamur tersebut di telungkupkan di ptridis supaya spora jatuh di Petridis.
Setelah itu semua Petridis disimpan dan diamati setiap hari.
Setelah
dilakukan pengamatan hasil yang diperoleh kelompok kami yaitu semua bibit f0
terkontaminasi, sebenarnya ada yang tumbuh tetapi karena pengamatan yang
dilakukan terlambat maka akhirnya terkontaminasi juga. Factor lain yang
menyebabkan bibit f0 ini terkonaminasi yaitu kurang menjaga kesterilan saat
melakukan isolasi, kurang mahir dalam melakukannya dalam artian masih dalam
tahap belajar, bahan yang kelompok kami gunakan yaitu jamur tiram dimana batang
tubuh jamur tiram agak ulet atau alot dibandingan dengan batang tubuh jamur
lainnya sehingga sangat menyusahkan kami saat melakukan pemotongan/penambilan
batang buah.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah
melakukan praktikum atau percobaan pembuatan bibit jamur f0 , maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bibit
jamur tiram F0 adalah bibit jamur indukan dengan media dasar agar-agar ( PDA).
2. Pembuatan
bibit induk F0 pada jamur pangan(adible musroom) dapat di buat dengan dua cara
yaitu
dengan kultur jaringan dan dengan kultur spora.
dengan kultur jaringan dan dengan kultur spora.
3. Kultur
jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk ditumbuhkan pada media PDA agar
dapat berkembang dan memperbanyak diri.
dapat berkembang dan memperbanyak diri.
DAFTAR PUSTAKA
Budiawan,
Fandi., Pengaturan Suhu Dan Kelembaban Pada Miniatur Kumbung Untuk Meningkatkan
Produktifitas Jamur Tiram, Yogyakarta
Dumanauw,J.F.1990. Mengenal Kayu. Yogyakarta:kanisius
Phansin AJ,Zeeuw C de .1980. Textbook of Wood Technology Vol. II. New
York: Mc Graw-Hill Book Company
Parjimo dan Agus Andoko, Budidaya jamur, jamur kuping, jamur tiram,
dan jamur merang, Agro Media Pustaka 2007
Sulistyowati E, Junianto YD.1996.Inventarisasi musuh alami hama PBK,
Conopomorpha cramerella
Snell di Propinsi maluku. Pelita perkebunan.
Suhartini, T. Aminatun, dan V.
Henuhili. 2011. Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem
Susun Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan
Pendapatan Keluarga. Modul Pelatihan Jamur Tiram. Desa Kasihan,
Bantul. 17 hlm.
Suriawiria. 2006. Budidaya
Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta. 55 hlm.